Minggu, 01 Agustus 2010

Mengapa kota perlu bekerjasama dengan wilayah sekitarnya untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan?




Adanya paradigma umum yang muncul didalam benak masyarakat perkotaan Di Indonesia adalah bahwa sebuah kota yang besar sebenarnya hanya perlu mengadakan pembangunan dibidang perekonomian saja tanpa menitik beratkan pada pembangunan yang lain, hal tersebut sudah mampu memberikan pengaruh yang besar bagi kesejahteraan wilayah perkotaan lain yang berdekatan dengan kota besar tersebut. Paradigma itu tentunya akan membuat sebuah kota besar semakin berkembang secara tak terkendali karena proses perkembangannya mengacu pada karakteristik serta pola pikir masyarakatnya atau secara tidak langsung bisa juga disebut suatu kawasan perkotaan berkembang karena kemauan masyarakatnya sendiri. Paradigma yang berkembang tersebut lambat laun juga akan mempengaruhi struktur fisik atau bentuk kota itu sendiri. Secara umum, memang suatu kota sebenarnya mampu berkembang dengan sendirinya tanpa melalui proses perencanaan tata ruang terlebih dahulu karena tingginya faktor kebutuhan dan tingkat aktifitas perekonomian masyarakat yang ada didalamnya.

Munculnya paradigma tersebut juaga mengakibatkan pertumbuhan kota yang terkesan tidak ada habis-habisnya sehingga memunculkan kota-kota baru yang tersebar diwilayah pinggiran, berakibat pula pada kurangnya penyediaan pelayanan umum dan pastinya akan memunculkan disparitas antara wilayah tersebut dengan pusat kotanya yang memiliki fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Tidak adanya kontrol dari kebijakan yang telah dibuat untuk mengendalikan pertumbuhan kota juga akan mengundang reaksi masyarakat yang tidak kooperatif didalam proses merencanakan kawasan pingiran yang berkelanjutan karena masyarakat beranggapan bahwa wilayahnya dianggap sebagai anak tiri oleh pemerintah, akibat lainnya adalah kemacetan di pusat kota yang diakibatkan oleh bertambahnya volume kendaraan, berkurangnya kenyamanan hidup di pusat kota dan hilangnya lahan pertanian.

Adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat diikuti dengan aktifitas distribusi barang dan jasa yang juga semakin meningkat, secara langsung mempengaruhi keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya alam yang diperlukan sebagai penunjang pembangunan suatu kota. Maka dengan adanya keterbatasan potensi sumber daya tersebut sebuah kota tidak bisa secara mandiri mencukupi kebutuhan penduduknya yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Berpijak dari pokok permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya pendukung agar kemampuan dasar sebuah kota didalam melakukan pembangunan baik fisik maupun non fisik harus mampu berjalan dengan baik dan lebih tertata.

Berbagai konsep perencanaan kota yang berkembang dan memiliki ruang lingkup yang luas dengan peranannya yang dinamis seharusnya tidak hanya mampu menata ruang kota dari segi fisiknya saja, tetapi juga harus mampu menata ruang kota dari segi non fisik pula, karena apabila sebuah produk perencanaan tata ruang yang mengacu pada sudut pandang pembangunan non fisik semakin baik dan efisien maka secara tidak langsung perkembangan dan pembangunan fisik yang direncanakan kota tersebut juga cenderung baik dan merata. Disamping itu, dibutuhkan suatu hubungan kerjasama antar satu wilayah dengan wilayah lainnya agar proses pembangunan yang telah direncanakan mampu berjalan secara maksimal. Hubungan itu secara langsung akan membantu meningkatkan proses pembangunan pada masing-masing wilayah, karena adanya suatu tuntutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Pembangunan yang berkelanjutan pada dasarnya merupakan sebuah konsep yang lebih meprioritaskan revitalisasi lingkungan hidup dari ancaman eksploitasi sumberdaya alam sampai mengganggu keanekaragaman hayati yang sudah ada dan menyalahi batasan-batasan yang telah ditentukan. Konsep perencanaan kota dengan strategi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan muncul karena rusaknya kondisi lingkungan akibat pencemaran hasil olah produksi yang dilakukan manusia demi meningkatkan laju pertumbuhan tingkat ekonominya. Salah satu produk pembangunan berkelanjutan adalah dimana sebuah kota harus mampu mengurangi eksploitasi berlebihan dengan melakukan Reduce, Reuse dan Recicle. Ide merencanakan pembangunan berkelanjutan pada sebuah kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi juga merupakan salah satu solusi alternatif untuk membangun struktur fisik kota secara vertikal dan merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya pertumbuhan kota secara horisontal yang memiliki tingkat pertumbuhan tak terkendali sampai wilayah pinggiran kota.

Menurut Hamdi Irza dalam blognya (http://ham2cupu2.wordpress.com/2009/09/17/) yang menyatakan bahwa pada garis besarnya proses menuju pelaksanaan pembangunan berkelanjutan meliputi tindakan-tindakan di bidang kebijakan publik yang meliputi antara lain:
  1. Kebijakan konservasi dan diversifikasi energi, ke arah pengurangan penggunaan energi fosil dan makin dominannya penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.
  2. Kebijakan kependudukan untuk menahan laju pertumbuhan penduduk sampai ke tingkat yang dapat ditenggang oleh keberadaan sumber daya alam dan dapat terlayani baik oleh fasilitas publik di bidang kesejahteraan rakyat.
  3. Kebijakan spatial untuk menjamin penggunaan ruang wilayah sehingga berbagai kegiatan ekonomi manusia dapat berjalan secara serasi didukung oleh infrastruktur fisik yang memadai, sekaligus juga menyediakan sebagian ruang alam di darat dan di perairan untuk konservasi sumber daya alam.
  4. Kebijakan untuk menanamkan budaya dan gaya hidup hemat, bersih dan sehat, sehingga kualitas hidup manusia dapat terjamin dengan menghindarkan pemborosan energi, material dan mengurangi tindakan medik kuratif.
  5. Kebijakan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan untuk menjamin tersedianya kebutuhan dasar manusia akan air bersih, udara bersih, sumber-sumber makanan dan pencegahan bencana.
  6. Kebijakan di bidang hukum, informasi, pemerintahan, ekonomi, fiskal dan pendidikan dan lainnya untuk menunjang hal-hal di atas.

Penerapan sistem pembangunan yang berkelanjutan agaknya kurang diminati Di Indonesia, hal tersebut mungkin karena pengaruh kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh para pembuat kebijakan untuk menerapkan konsep tersebut, atau karena adanya pola pikir dari masyarakat yang mayoritas masih konservatif diikuti dengan tanggapan yang sepihak oleh pemerintah yang beranggapan bahwa untuk menyusun suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan diperlukan biaya yang terlampau banyak dan akan menghabiskan anggaran daerah.

Sebenarnya anggapan tersebut dapat dipatahkan dengan solusi alternatif yaitu dengan melakukan kerjasama antar wilayah perkotaan disegala bidang dengan tujuan utama untuk menjaga kelestarian lingkungan, karena pada dasarnya sebuah kota tidak bisa sepenuhnya melakukan pembangunan secara mandiri, maka dengan adanya kerjasama dalam pembangunan disegala bidang tersebut, suatu kota dapat bertahan untuk meneruskan proses pembangunan wilayahnya masing-masing dengan dibantu wilayah perkotaan lain yang berada disekitarnya sekaligus bisa menjadi pelopor kegiatan pembangunan berkelanjutan dengan memberikan contoh positif kepada kota-kota lainnya untuk saling merawat lingkungan, kerjasama tersebut dapat melalui proses eksplorasi dan pemerataan sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang berbasis Reduce, Reuse dan Recycle.



Penyusunan rencana tata ruang dengan strategi pembangunan yang berkelanjutan tidak akan bisa berjalan dengan lancar dan maksimal apabila didalam proses pembangunannya tidak disertai dengan hubungan kerjasama antar wilayah perkotaan lainnya karena sifat dasar sebuah kota, yaitu tidak bisa melakukan proses pembangunan secara mandiri karena ketersediaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mereka miliki sangatlah terbatas yang mengakibatkan eksploitasi tanpa ambang batas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar