Minggu, 01 Agustus 2010

Hellooo! be Grow up pleaseee!

Apalah arti kedewasaan tanpa adanya pola pikir untuk menunjang kedewasaan itu sendiri?, sebuah metamorfosis pengembangan diri dari suatu siklus kehidupan semua mahluk hidup di bumi. Kedewasaan secara subjektif dapat diartikan sebagai suatu perilaku dimana seseorang mampu hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain atau dengan sedikit bantuan dari orang lain. Secara umum ketika seorang remaja mulai menuju kedalam tahap kedewasaanya, mereka mulai mampu memikirkan hal-hal yang lebih kompleks dari suatu persoalan menurut pengamatan mereka secara pribadi, mampu melihat suatu masalah tertentu dengan mata hati dan logika yang praktis dengan bercermin dari pengalaman hidup yang sudah pernah mereka dapatkan.

Dalam proses pengembangan diri menuju ketahapan dewasa tersebut, setiap individu akan mulai menjadi sesosok yang lebih perasa terhadap setiap hal yang akan dilaluinya dan tidak lagi memiliki sifat egoisme yang berlebihan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi dan merubah pola pikir didalam memecahkan sebuah persoalan yang sedang digenggamnya. Pengalaman dianggap sebagai guru yang paling berharga pada proses ini, pengalaman menunjukkan bahwa dunia adalah tempat untuk berkompetisi dimana setiap individu memang layak diperhitungkan, pengalaman menunjukkan bahwa kawan bisa berubah menjadi lawan atau sebaliknya, sebuah pengalaman akan memaksa untuk berpikir bahwa “jika aku lunak terhadap dunia maka dunia akan melumatkanku, tetapi jika aku keras terhadap dunia maka dunia akan lunak terhadapku”.

Banyak orang dewasa yang seharusnya sudah tidak pantas lagi menyandang predikat “anak muda” jika dilihat dari segi usia dan penampilan fisik yang sepenuhnya seperti orang dewasa, tetapi mereka masih terjebak didalam dunia yang mereka ciptakan sendiri tanpa melihat reaksi sosial disekelilingnya. Orang yang mempunyai karakteristik seperti inilah yang tidak memiliki kualitas bersaing yang sehat dilingkungan tempat tinggalnya, saling serang dan saling menuduh adalah cara untuk mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ketidakmauan mereka didalam menciptakan pribadi yang lebih baik membuat mereka seperti benalu bagi orang lain, bahkan sifat yang mereka miliki sangatlah kekanak-kanakan dan membuat orang merasa risih bila berada dekat dengan mereka, sebagai contoh, mereka selalu minta ditemani jika bepergian, selalu menggantungkan suatu urusan yang sepele kepada temannya, tidak menghargai hak-hak dan privasi orang lain, sama sekali tidak memiliki etika dalam bergaul, memperlakukan orang lain tidak berdasarkan usianya tetapi berdasarkan dengan predikat yang melekat kepadanya, seperti pembantu tetaplah pembantu meskipun umurnya lebih tua dari dirinya.

Sifat mereka yang destruktif menjadi dominan ketika mereka mulai berpikir untuk memecahkan sebuah masalah yang dihadapi, mereka belum mampu menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang baik dan aman untuk digunakan sehingga secara tidak langsung mereka akan lebih memilih suatu solusi final yang dianggap praktis tetapi malah menimbulkan masalah baru.

Dalam hal ini, setiap orang memang berpotensi untuk mempunyai karakteristik negatif yang telah disebutkan diatas, kondisi lingkungan yang baik dan peran serta orang yang mereka anggap penting (seperti orang tua, pacar, teman dekat atau sahabat) serta yang paling penting adalah besarnya kualitas pendekatan diri kepada Sang Maha Pencipta sangat diperlukan agar mampu mengendalikan ketidakharmonisan yang mereka ciptakan.

Berpikirlah secara mendalam untuk membentuk pola pikir yang positif, bersikaplah keras terhadap dunia dan gunakan pengalaman sebagai tiket untuk meraih kesuksesan karena pola pikir dan sebuah pengalaman adalah maha guru di dunia yang memang berfungsi untuk mengoreksi atau sebagai media evaluasi dari suatu perbuatan.

Ibarat berperang, kita adalah tentara, lingkungan setiap saat adalah musuh, harga diri adalah tanah air, pola pikir adalah pimpinan, etika adalah senjata, introspeksi adalah obat dan kedewasaan adalah tujuan utama kemenangan.

Mengapa kota perlu bekerjasama dengan wilayah sekitarnya untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan?




Adanya paradigma umum yang muncul didalam benak masyarakat perkotaan Di Indonesia adalah bahwa sebuah kota yang besar sebenarnya hanya perlu mengadakan pembangunan dibidang perekonomian saja tanpa menitik beratkan pada pembangunan yang lain, hal tersebut sudah mampu memberikan pengaruh yang besar bagi kesejahteraan wilayah perkotaan lain yang berdekatan dengan kota besar tersebut. Paradigma itu tentunya akan membuat sebuah kota besar semakin berkembang secara tak terkendali karena proses perkembangannya mengacu pada karakteristik serta pola pikir masyarakatnya atau secara tidak langsung bisa juga disebut suatu kawasan perkotaan berkembang karena kemauan masyarakatnya sendiri. Paradigma yang berkembang tersebut lambat laun juga akan mempengaruhi struktur fisik atau bentuk kota itu sendiri. Secara umum, memang suatu kota sebenarnya mampu berkembang dengan sendirinya tanpa melalui proses perencanaan tata ruang terlebih dahulu karena tingginya faktor kebutuhan dan tingkat aktifitas perekonomian masyarakat yang ada didalamnya.

Munculnya paradigma tersebut juaga mengakibatkan pertumbuhan kota yang terkesan tidak ada habis-habisnya sehingga memunculkan kota-kota baru yang tersebar diwilayah pinggiran, berakibat pula pada kurangnya penyediaan pelayanan umum dan pastinya akan memunculkan disparitas antara wilayah tersebut dengan pusat kotanya yang memiliki fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Tidak adanya kontrol dari kebijakan yang telah dibuat untuk mengendalikan pertumbuhan kota juga akan mengundang reaksi masyarakat yang tidak kooperatif didalam proses merencanakan kawasan pingiran yang berkelanjutan karena masyarakat beranggapan bahwa wilayahnya dianggap sebagai anak tiri oleh pemerintah, akibat lainnya adalah kemacetan di pusat kota yang diakibatkan oleh bertambahnya volume kendaraan, berkurangnya kenyamanan hidup di pusat kota dan hilangnya lahan pertanian.

Adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat diikuti dengan aktifitas distribusi barang dan jasa yang juga semakin meningkat, secara langsung mempengaruhi keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya alam yang diperlukan sebagai penunjang pembangunan suatu kota. Maka dengan adanya keterbatasan potensi sumber daya tersebut sebuah kota tidak bisa secara mandiri mencukupi kebutuhan penduduknya yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Berpijak dari pokok permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya pendukung agar kemampuan dasar sebuah kota didalam melakukan pembangunan baik fisik maupun non fisik harus mampu berjalan dengan baik dan lebih tertata.

Berbagai konsep perencanaan kota yang berkembang dan memiliki ruang lingkup yang luas dengan peranannya yang dinamis seharusnya tidak hanya mampu menata ruang kota dari segi fisiknya saja, tetapi juga harus mampu menata ruang kota dari segi non fisik pula, karena apabila sebuah produk perencanaan tata ruang yang mengacu pada sudut pandang pembangunan non fisik semakin baik dan efisien maka secara tidak langsung perkembangan dan pembangunan fisik yang direncanakan kota tersebut juga cenderung baik dan merata. Disamping itu, dibutuhkan suatu hubungan kerjasama antar satu wilayah dengan wilayah lainnya agar proses pembangunan yang telah direncanakan mampu berjalan secara maksimal. Hubungan itu secara langsung akan membantu meningkatkan proses pembangunan pada masing-masing wilayah, karena adanya suatu tuntutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Pembangunan yang berkelanjutan pada dasarnya merupakan sebuah konsep yang lebih meprioritaskan revitalisasi lingkungan hidup dari ancaman eksploitasi sumberdaya alam sampai mengganggu keanekaragaman hayati yang sudah ada dan menyalahi batasan-batasan yang telah ditentukan. Konsep perencanaan kota dengan strategi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan muncul karena rusaknya kondisi lingkungan akibat pencemaran hasil olah produksi yang dilakukan manusia demi meningkatkan laju pertumbuhan tingkat ekonominya. Salah satu produk pembangunan berkelanjutan adalah dimana sebuah kota harus mampu mengurangi eksploitasi berlebihan dengan melakukan Reduce, Reuse dan Recicle. Ide merencanakan pembangunan berkelanjutan pada sebuah kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi juga merupakan salah satu solusi alternatif untuk membangun struktur fisik kota secara vertikal dan merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya pertumbuhan kota secara horisontal yang memiliki tingkat pertumbuhan tak terkendali sampai wilayah pinggiran kota.

Menurut Hamdi Irza dalam blognya (http://ham2cupu2.wordpress.com/2009/09/17/) yang menyatakan bahwa pada garis besarnya proses menuju pelaksanaan pembangunan berkelanjutan meliputi tindakan-tindakan di bidang kebijakan publik yang meliputi antara lain:
  1. Kebijakan konservasi dan diversifikasi energi, ke arah pengurangan penggunaan energi fosil dan makin dominannya penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.
  2. Kebijakan kependudukan untuk menahan laju pertumbuhan penduduk sampai ke tingkat yang dapat ditenggang oleh keberadaan sumber daya alam dan dapat terlayani baik oleh fasilitas publik di bidang kesejahteraan rakyat.
  3. Kebijakan spatial untuk menjamin penggunaan ruang wilayah sehingga berbagai kegiatan ekonomi manusia dapat berjalan secara serasi didukung oleh infrastruktur fisik yang memadai, sekaligus juga menyediakan sebagian ruang alam di darat dan di perairan untuk konservasi sumber daya alam.
  4. Kebijakan untuk menanamkan budaya dan gaya hidup hemat, bersih dan sehat, sehingga kualitas hidup manusia dapat terjamin dengan menghindarkan pemborosan energi, material dan mengurangi tindakan medik kuratif.
  5. Kebijakan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan untuk menjamin tersedianya kebutuhan dasar manusia akan air bersih, udara bersih, sumber-sumber makanan dan pencegahan bencana.
  6. Kebijakan di bidang hukum, informasi, pemerintahan, ekonomi, fiskal dan pendidikan dan lainnya untuk menunjang hal-hal di atas.

Penerapan sistem pembangunan yang berkelanjutan agaknya kurang diminati Di Indonesia, hal tersebut mungkin karena pengaruh kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh para pembuat kebijakan untuk menerapkan konsep tersebut, atau karena adanya pola pikir dari masyarakat yang mayoritas masih konservatif diikuti dengan tanggapan yang sepihak oleh pemerintah yang beranggapan bahwa untuk menyusun suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan diperlukan biaya yang terlampau banyak dan akan menghabiskan anggaran daerah.

Sebenarnya anggapan tersebut dapat dipatahkan dengan solusi alternatif yaitu dengan melakukan kerjasama antar wilayah perkotaan disegala bidang dengan tujuan utama untuk menjaga kelestarian lingkungan, karena pada dasarnya sebuah kota tidak bisa sepenuhnya melakukan pembangunan secara mandiri, maka dengan adanya kerjasama dalam pembangunan disegala bidang tersebut, suatu kota dapat bertahan untuk meneruskan proses pembangunan wilayahnya masing-masing dengan dibantu wilayah perkotaan lain yang berada disekitarnya sekaligus bisa menjadi pelopor kegiatan pembangunan berkelanjutan dengan memberikan contoh positif kepada kota-kota lainnya untuk saling merawat lingkungan, kerjasama tersebut dapat melalui proses eksplorasi dan pemerataan sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang berbasis Reduce, Reuse dan Recycle.



Penyusunan rencana tata ruang dengan strategi pembangunan yang berkelanjutan tidak akan bisa berjalan dengan lancar dan maksimal apabila didalam proses pembangunannya tidak disertai dengan hubungan kerjasama antar wilayah perkotaan lainnya karena sifat dasar sebuah kota, yaitu tidak bisa melakukan proses pembangunan secara mandiri karena ketersediaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mereka miliki sangatlah terbatas yang mengakibatkan eksploitasi tanpa ambang batas.

“Aduh, sial semuanya, cacat ni game, itu pake cheat dia, ah gak seru!”





Awalnya saya heran mengapa banyak orang dengan gampangnya meluapkan perasaannya, baik itu perasaan senang maupun sedih terutama apabila mereka sedang berhadapan dengan suatu problema yang konotasinya sangatlah sepele dan simple. Ketika kita sedang berhadapan dengan sedikit saja perihal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, seketika itu juga kita selalu mengatakan kata-kata yang bersifat negatif alias mengeluh tanpa adanya kontrol diri, padahal dengan kita mengeluarkan satu keluhan saja hal itu sudah mampu mempengaruhi kondisi psikologis dan kejiwaan kita, mengapa demikian? Karena apabila kita mengeluh dan memiliki pikiran negatif tersebut maka pikiran didalam otak kita secara langsung akan bereaksi dengan menciptakan suatu kondisi dimana pikiran negatif tersebut akan menjadi kenyataan, pikiran adalah immaterial yang mampu mengendalikan lingkungan sekitar, apabila kita berpikir sesuatu hal yang buruk akan segera terjadi, maka lingkungan sekitar juga akan mendukung hal tersebut menjadi kenyataan.

Banyak faktor penyebab mengapa kita mengeluh bahkan hampir setiap hal yang kita hadapi meskipun itu bukan karena suatu masalah, kita tetap masih mengeluh dan pada akhirnya masalah baru akan timbul justru ketika kita sudah mengeluh. Sebagai contoh apabila kita sedang bermain game sejenis strategi atau single person game misalnya, apabila kita mati tertembak maka pikiran bawah sadar akan merangsang otak untuk bereaksi dengan mengeluarkan keluhan, seperti mengeluarkan kata-kata kotor atau membanting mouse komputer dengan nada marah. Hal tersebut dapat terjadi karena reaksi otak yang mendorong pikiran kita untuk bersaing secara brutal karena adanya suatu unsur kompetitif didalam permainan tersebut, permainan itu hanya menuntut adanya pemenang dan pecundang. Coba perhatikan, awalnya kita hanya mengeluh didalam permainan tersebut karena kita mati tertembak misalnya, maka secara otomatis kita menjadi pecundang, semakin kita banyak mati didalam permainan tersebut semakin kita banyak mengeluh dan pastinya kita akan merasa lebih dari pecundang, lama-kelamaan kita kesal bermain karena selalu kalah dan akhirnya keluh kesah yang sudah kita ciptakan secara berangsur mempengaruhi jalan pikiran yang ada dibenak kita dan secara perlahan berdampak pada kondisi fisik saat itu, perasaan marah, malas dan tidak puas menjadi dominan ketika kita menyikapi reaksi yang diberikan lingkungan seperti apabila terjadi hujan, kita akan gampang mengeluh, permintaan kita ditolak oleh teman, kita akan gampang marah, banyak pekerjaan yang seharusnya segera kita kerjakan, kita malah malas mengerjakannya.

Pada diri manusia, tubuh adalah yang paling lambat getaran reaksinya, sementara pikiran dan perasaan atau kesadaran manusia memiliki vibrasi yang paling tinggi di alam semesta. Secara objektif pula, manusia pada dasarnya mampu mengubah realitas dan mampu menciptakan keadaan yang mereka inginkan dengan cara mengubah reaksi pikiran dan prasangkanya yang negatif menuju kedalam level positif, apapun itu. Apabila kita memiliki pikiran negatif, maka lingkungan akan mendukung untuk merealisasikan perihal negatif yang telah kita pikirkan, begitupun juga sebaliknya apabila kita berpikir positif, maka perasaan yang akan timbul adalah perasaan tenang dan ikhlas meskipun kita sedang mengahadapi suatu masalah, karena kita sudah tahu bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan, maka otomatis kondisi fisik kita akan terangsang untuk selalu berusaha dan mencari alternatif solusi yang tepat dan secara otomatis pula lingkungan akan memberikan dukungan yang positif kepada kita, ibarat hubungan timbal balik.



Nah, mengapa kita harus mengeluh padahal kita sudah tahu dengan keluhan tersebut segala urusan kita akan menjadi berantakan, kenapa kita tidak menciptakan suatu pikiran yang positif sebagai senjata untuk menyikapi segala permasalahan yang sedang kita hadapi, sekecil apapun masalah itu, sehingga akan tercipta hubungan harmonis antara kita dan lingkungan karena adanya suatu energi positif yang telah kita ciptakan. Ketakutan, rasa cemas, serakah, keduniaan, merasa tidak puas dan tentunya hawa nafsu merupakan penghambat kita untuk meraih kesuksesan. Kunci utama untuk mengontrol perasaan tersebut adalah dengan berpikir positif, berpikir dengan pikiran jernih sebelum menyikapi suatu efek yang ditimbulkan langsung dari perihal yang sedang kita kerjakan, berpikir bahwa setiap hal yang sedang kita jalani tidaklah sia-sia dan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan.

My imagination creates my reality (Walt Disney)

Senin, 12 Juli 2010

Bagaimana sih Asal Usul Plastik?


Plastik adalah produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Jadi terdiri dari monomer - monomer yang membentuk suatu ikatan, bisa monomer alami atau monomer buatan.


Sejarah penemuan plastik sendiri di awali pada tahun 1284 tapi bukan plastik buatan, lebih merupakan penggunaan benda alami yang dapat disebut sebagai plastik alami.

kita dapat melihat melalui poster - poster berikut